PERSEPSI TENTANG IMPLEMENTASI CSR
DAN PENGARUHNYA TERHADAP DUKUNGAN KELANGSUNGAN KEGIATAN USAHA
Agus Prianto
Abstract
A critical
issue in Corporate Social Responsibility (CSR) research is the impact of CSR on
the existence of the business. Business activities must be strengthen corporate
accountability, respecting ethical value, and in the interest of all
stakeholders. Responsible business practices respect and preserve the
natural environment. Responsible
Business activities also improve the quality and opportunities of life, empower
people, and invest in communities where a business operate. This research shown
that the higher implementation of CSR in the business will impact the higher
the community support. Also, the higher implementation of CSR will decrease
social cost and improve senses of belonging of the worker.
Keywords: corporate social responsibility,corporate accountability,
community support.
PENDAHULUAN
Badai krisis ekonomi yang
melanda perekonomian dunia pada saat ini tidak dapat dilepaskan dengan kiprah
para pelaku usaha, terutama para pelaku usaha berskala besar yang ada di negara
Amerika dan Eropa. Dahlan Iskan, sang CEO Jawa Pos Group, bahkan secara
spesifik menyebut nama Joseph J. Cassano, seorang pemimpin usaha anak
perusahaan asuransi terbesar dunia AIG yang berpusat di London yang
mengkreasikan sebuah produk yang disebut dengan Credit Default Swaps (CDS);
sebagai orang yang dianggap paling bertanggung jawab terhadap kebangkrutan
perekonomian dunia. Diawali dari kecerobohan para pengembangan perumahan di
Amerika Serikat yang kemudian menyebabkan besarnya kredit perumahan yang macet
(subprime mortgage). Akibat ulah
seorang pelaku usaha yang bernama Cassano, kita yang tinggal di Indonesia ikut
menanggung beban krisis yang sangat besar. Bisa dibayangkan akibat perilaku
ceroboh seorang Cassano, palaku bisnis di Indonesia yang secara langsung tidak
ada sangkut pautnya dengan kegiatan bisnis mereka dalam waktu sebulan tiba-tiba
berkurang sampai 50%. Turunnya aset para
palaku bisnis di dalam negeri segera berakibat pada turunnya tingkat skala
bisnis. Akibat selanjutnya mudah ditebak, pengurangan produksi dan PHK pun
tidak dapat dihindari.
Dampak dari ulah pelaku usaha
besar semacam Cassano yang ugal-ugalan
ternyata telah menembus batas teritori negara. Akrobatik bisnis sembrono dari Cassano
akhirnya menyebabkan ribuan tenaga kerja di Indonesia, dan di berbagai belahan
dunia lainnya telah kehilangan sumber penghidupannya. Dalam konteks inilah
tampaknya para pelaku bisnis perlu diingatkan lagi tentang tanggung jawab
sosial (corporate social responsibility,
CSR) yang sesungguhnya harus melekat
dengan kegiatan usahanya. Sudah seharusnya para pelaku bisnis memposisikan CSR
sebagai bagian dari investasi jangka panjang yang akan membuat kelangsungan
bisnis mereka menjadi lebih terjamin.
Para pelaku bisnis perlu
memahami, ketika suatu perusahaan beroperasi, maka melekatlah tuntutan dan
tanggung jawab bagi perusahaan yang bersangkutan akan komunitas lokal yang ada
di sekitarnya (stakeholder). Dalam kegiatan seminar sehari Leadership
in Corporate Social Responsibility di Sampoerna Strategic Square Tower B,
Jakarta, Selasa, 2 Agustus 2006, Direktur School of Business Management ITB
Surna T. Djajadiningrat menyatakan bahwa kelangsungan perusahaan bergantung
dari dukungan banyak pihak. Selain komunitas internal seperti pemegang saham,
karyawan, keluarga karyawan, perhatian pada masyarakat sekitar juga ternyata
membawa dampak positif bagi perusahaan. Hal senada juga dikatakan oleh mantan wakil
ketua KPK Erry Ryana Hardjapamekas yang menyatakan bahwa community support
is a prerequisite for the sustainability business.
Meskipun banyak pihak menyatakan pentingnya CSR
bagi kelangsungan hidup usaha, dalam prakteknya banyak pelaku bisnis yang
memposisikan CSR sebagai sebuah aktifitas yang akan membebani ongkos produksi.
CSR belum sepenuhnya diposisikan oleh para pelaku bisnis sebagai bagian
integral yang akan menentukan maju
mundurnya kegiatan usaha mereka. Hal ini dapat dilihat dari masih maraknya
kegiatan bisnis yang curang, yang berorientasi jangka pendek dengan berupaya
untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Banyak pelaku bisnis yang
mengorbankan kelestarian lingkungan dengan membuang limbah seenaknya. Bahkan
demi keuntungan yang besar, tidak sedikit pelaku bisnis yang mengorbankan
konsumennya dengan memproduksi sebuah produk yang mengandung bahan yang sangat
berbahaya bagi kesehatan. Celakanya, ketika
diingatkan tentang pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan, para
pebisnis masih berkelit dengan mengatakan bahwa orientasi usaha mereka adalah
mengejar profit maksimum. Mereka berdalih bahwa hal-hal yang berkaitan dengan
persoalan sosial kemasyarakatan adalah merupakan tugas pemerintah, bukan tugas
para pebisnis. Pajak yang telah dibayarkan para pebisnis kepada pemerintah juga
dijadikan tameng untuk berlindung dari tuntutan akan pentingnya tanggung jawab
sosial perusahaan.
Meskipun demikian, fakta empirik membuktikan bahwa
perusahaan yang mengingkari peran tanggung jawab sosialnya ternyata banyak menghadapi
kendala dalam menjalankan kegiatan usahanya. Perusahaan yang membuang limbah
dan merusak lingkungan seringkali menghadapi tekanan dari masyarakat yang
terkena dampak limbah, akibatnya kelangsungan usaha mereka juga akan terganggu.
Perusahaan yang membayar upah terlalu
rendah juga akan menghadapi tekanan dari para pekerja mereka. Pelaku usaha
yang terbukti memproduksi barang yang
merugikan konsumen juga dipastikan akan ditinggalkan oleh konsumennya.
Singkatnya, perusahaan yang tidak memiliki kepedulian sosial, sebutan lain dari
CSR menurut Jennings M.M. (2004) dan Carrol AB. (1999); dipastikan akan
menghadapi kendala dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.
Dengan memperhatikan berbagai kecenderungan yang
terjadi dalam kegiatan bisnis dalam era sekarang, tampaknya perlu ada kegiatan
usaha terus menerus untuk meyakinkan para pelaku bisnis akan pentingnya
implementasi CSR sebagai bagian integral dari kegiatan bisnis. Dalam konteks
inilah penelitian yang mengkaji tentang implementasi CRS dan pengaruhnya terhadap
kelangsungan usaha menjadi penting untuk dilakukan.
Dahlsrud (2008)
menjelaskan ada lima dimensi dari tanggung jawab sosial perusahaan. Kelima
dimensi tersebut meliputi (1) dimensi
lingkungan, (2) dimensi sosial, (3) dimensi ekonomi, (4) dimensi stakeholder,
dan (5) dimensi nilai kedermawanan. Dahlsrud (2008) bahkan juga sudah mendeskripsikan
berbagai indikator yang merupakan bagian dari berbagai dimensi tanggung jawab
sosial perusahaan. Tanggung jawab sosial dilihat dari dimensi lingkungan mencakup
tiga indikator yang meliputi: (a) terciptanya lingkungan yang tetap sehat dan
bersih, (b) adanya perlindungan terhadap kelestarian lingkungan, dan (c)
dijalankannya kegiatan bisnis yang ramah lingkungan. Tanggung jawab sosial
dilihat dari dimensi sosial mencakup tiga indikator yang meliputi: (a) adanya
kontribusi perusahaan bagi terwujudnya masyarakat yang lebih baik, (b) terintegrasinya
kegiatan bisnis dengan berbagai persoalan sosial yang berkembang di masyarakat,
dan (c) adanya kesadaran penuh dari perusahaan terhadap berbagai dampak yang
ditimbulkan dari aktifitas mereka kepada warga masyarakat. Tanggung jawab
sosial dilihat dari dimensi ekonomi mencakup tiga indikator yang meliputi: (a)
adanya kontribusi perusahaan terhadap perkembangan ekonomi masyarakat, (b) adanya
upaya perusahaan untuk menyisihkan sebagian keuntungan untuk mendukung kegiatan
non bisnis, dan (c) dijalankannya kegiatan perusahaan dengan prinsip efisiensi
ekonomi, menghindari penghambur-hamburan sumber daya ekonomi. Tanggung jawab sosial
dilihat dari dimensi stakeholder mencakup indikator yang meliputi: (a) kualitas
interaksi dengan para stakeholder, (b) kualitas hubungan antara perusahaan
dengan para pekerjanya, penyedia bahan baku, pelanggan, dan masyarakat dimana
perusahaan beroperasi, dan (c) kuatnya dukungan dari para stakeholders.
Tanggung jawab sosial dilihat dari dimensi kedermawanan meliputi beberapa
indikator, meliputi (a) dijalankannya perusahaan dengan dilandai nilai-nilai
etik dan moral, (b) kepatuhan pada hukum dan aturan yang berlaku di masyarakat,
dan (c) semangat kedermawanan yang dikembangkan perusahaan.
Beberapa definisi lain menjelaskan CSR sebagai
sebuah konsep dimana perusahaan mengintegrasikan berbagai persoalan sosial dan
lingkungan dengan kegiatan bisnis mereka; serta berbagai jalinan hubungan
dengan semua stakeholder yang dilandasi oleh nilai-nilai sosial dan moral
(Commission of The European Communities,2001). Ada lima dimensi yang termasuk
dalam definisi CRS tersebut, yaitu: dimensi kedermawanan, stakeholder, sosial,
lingkungan, dan ekonomi. Pendapat dengan dimensi CSR yang senada juga
dikemukakan oleh World BussinessCouncil for Sustainable Development (1999),
World BussinessCouncil for Sustainable Development (2000), Bussiness for Social
Responsibility (2000), IBLF (2000).
Khoury, et.al
(1999) mendefinisikan CSR sebagai
keseluruhan jalinan hubungan antara perusahaan dengan semua pihak yang terlibat
dengan kegiatan perusahaan. Mereka yang terlibat dengan perusahaan meliputi
para pelanggan, para pekerja, warga masyarakat di sekitar perusahaan, para
pemegang saham, pemerintah, penyedia bahan baku, dan termasuk para pesaing.
Khoury, et.al.
(1999) mendudukkan pesaing sebagai pihak yang harus dihormati dan diperhatikan.
Perusahaan yang menjelek-jelekkan pesaing dihadapan konsumen hanya demi meraih
keuntungan sebesar-besarnya dinilai sebagai cermin belum dipahaminya CSR dengan
baik. Pesaing bahkan diperlukan agar perusahaan terus terdorong untuk
berlomba-lomba menciptakan efisien ekonomi. Kegiatan usaha yang efisien juga
merupakan bentuk CSR, karena dari kegiatan itu pemerintah, masyarakat
(konsumen) akan mendapatkan keuntungan yang besar melalui tersedianya sebuah
produk dengan kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan dengan harga yang
wajar. Termasuk dalam pandangan ini antara lain adalah sebagaimana dikemukakan
oleh CSRwire (2003), Hopkins (1998),
Ethics in Action Awards (2003), Marsden (2001),
Ethical Performance (2003), Global Corporate Social Responsibility
Policies Project (2003), Lea (2002), Andersen (2003), Merrewijk (2003), dan Strategis (2003).
Berbagai penelitian terdahulu yang membahas tentang
pentingnya CSR antara lain dilakukan oleh Pivato, Misani dan Tencati (2008)
yang mengkaji tentang pengaruh penerapan CSR terhadap kekompakan kerja dan
kesetiaan pelanggan terhadap produk. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada
keterkaitan positip antara intensitas penerapan CSR oleh perusahaan dengan
kekompakan kerja dan kesetiaan pelanggan terhadap produk yang dihasilkan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Smith (2003), Bhattacharya dan Sen (2004),
serta Pigott (2004) menunjukkan adanya hubungan positip antara diterapkannya
CSR dengan kesetiaan pelanggan.
Dengan memperhatikan berbagai dimensi tentang CSR
sebagaimana dijelaskan di atas jelaslah bahwa kegiatan sebuah perusahaan tidak dapat dilepaskan
dengan berbagai faktor yang ada di luar
perusahaan. Perusahaan ada dan eksis karena
keberadaannya dibutuhkan dan didukung oleh lingkungannya. Sebaliknya,
perusahaan akan bangkrut dan tidak berkembang apabila kehadirannya mendapatkan
penolakan dari lingkungannya. Oleh karena itu, CSR sesungguhnya harus
didudukkan sebagai bagian integral dari kegiatan perusahaan. CSR harus melekat
dengan setiap gerak langkah perusahaan. Oleh karena itu, CSR tidak bisa
dikerdilkan hanya sebagai sebuah aktifitas bagi-bagi rejeki atau bantuan sosial
kepada masyarakat.
Perusahaan yang memproduksi sebuah barang ada dan
berdiri karena barang yang diproduksi dibutuhkan, dibeli, dan disukai oleh
konsumen. Barang tersebut dibeli dan disukai karena dianggap baik dan
berkualitas, sehingga bisa memuaskan konsumen. Perusahaan yang memuaskan
konsumen ternyata juga merupakan bagian dari CSR. Apabila konsumen puas, maka
ia akan bisa menjilma menjadi pelanggan yang setia, dan dalam jangka panjang
hal itu akan dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. Jelas terlihat, ternyata
diterapkannya CSR dengan baik oleh perusahaan juga membawa dampak keuntungan.
Sebaliknya, perusahaan yang, misalnya; membuang
limbah di sembarang tempat bisa jadi akan membuat lingkungan menjadi kotor,
tercemar; dan merugikan masyarakat. Masyarakat yang dirugikan oleh perusahaan
bisa jadi akan menolak dengan kehadiran perusahaan tersebut. Dalam jangka
panjang, eksistensi perusahaan akan terancam bila sampai semakin banyak warga
masyarakat yang menolak kehadiran perusahaan, sebagai akibat dari perilaku
ceroboh mereka yang membuang limbah di sembarang tempat. Jelaslah,
ketidakpedulian perusahaan terhadap kesehatan lingkungan (tidak diterapkannya
CSR dengan baik) akan membuat eksistensi perusahaan akan terancam.
Jelaskah bahwa sesungguhnya CSR merupakan kebutuhan
setiap para pelaku usaha. Ia bukan sebuah konsep yang berkaitan dengan perilaku
sosial yang seolah-olah tidak ada kaitannya dengan dimensi profit yang selalu
dikejar-kejar oleh para pelaku usaha. Dimensi profit dengan dimensi CSR sesungguhnya
ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Apabila sisi CSR tidak
tergarap dengan baik, cepat atau lambat hal itu akan segera berpengaruh
terhadap dimensi profit, bahkan tidak menutup kemungkinan juga akan berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup perusahaan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada 5 perusahaan yang ada
di wilayah Kabupaten Jombang dan memiliki karyawan lebih dari 200 orang. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan berbagai dimensi variabel CSR dan variabel kelangsungan usaha dengan
berbagai variabel manifes yang menyertainya. Selanjutnya penelitian ini ingin
membuktikan bagaimana keterkaitan antara implementasi CSR pada masing-masing
perusahaan dengan kelangsungan hidup perusahaan (corporate sustainability).
Untuk menguji sejauh mana perusahaan sudah menerapkan CSR akan diuji dengan
menggunakan indikator sebagaimana dikemukakan oleh Dahlsrud (2008). Sedangkan keberlangsungan hidup perusahaan
akan diuji dengan menggunakan indikator dukungan masyarakat terhadap keberadaan
perusahaan, dukungan dari para pekerja (Lea,2002).
Intensitas perusahaan dalam mengimplementasikan CSR
oleh perusahaan dikategorikan menjadi 3,
yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Implementasi CSR oleh perusahaan dikatakan
tinggi apabila perusahaan menerapkan 3 indikator pada masing-masing dimensi CSR. Implementasi
CSR oleh perusahaan dikatakan sedang apabila perusahaan menerapkan 2
indikator pada masing-masing dimensi
CSR. Sedangkan implementasi CSR oleh perusahaan dikatakan rendah apabila
perusahaan menerapkan 1 indikator pada
masing-masing dimensi CSR, atau tidak sama sekali. Data tentang intensitas
perusahaan dalam mengimplementasikan CSR didapatkan dari persepsi responden
sebanyak 75 responden. Mereka terdiri dari warga masyarakat di sekitar
perusahaan, para pekerja, dan pihak-pihak yang berkaitan dengan kegiatan
perusahaan.
Sedangkan keberlangsungan hidup perusahaan dilihat
dari dukungan masyarakat dan dukungan pekerja yang juga dikategorikan menjadi 3
bagian, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Data penelitian didapatkan dari
angket, sedangkan pengujian keterkaitan antar variabel dilakukan dengan
menggunakan analisis multivariat.
RINGKASAN HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil uji
statistik dengan menggunakan analisis
multivariat diketahui beberapa informasi sebagai berikut:
Penerapan
CSR Pada Dimensi Lingkungan
Perusahaan yang dipersepsikan
responden rendah komitmennya dalam mengimplementasikan CSR, berakibat pada
rendahnya dukungan masyarakat dan pekerja (skor
= 1,00). Perusahaan yang
dipersepsikan responden sedang komitmennya dalam mengimplementasikan CSR,
menyebabkan dukungan masyarakat dan pekerja pada keberlanjutan kegiatan
perusahaan berada pada skor 1,78
(cenderung sedang). Perusahaan yang dipersepsikan responden
tinggi komitmennya dalam mengimplementasikan CSR, menyebabkan dukungan
masyarakat dan pekerja pada keberlanjutan kegiatan perusahaan berada pada
skor 2,09 (sedang+). Secara keseluruhan persepsi responden tentang implementasi CSR
pada dimensi lingkungan membawa
implikasi pada keberlangsungan usaha perusahaan pada derajat cenderung sedang
(skor = 1,89).
Penerapan
CSR Pada Dimensi Sosial
Perusahaan yang dipersepsikan
responden rendah komitmennya dalam mengimplementasikan CSR, berakibat pada
rendahnya dukungan masyarakat dan pekerja (skor
= 1,00). Perusahaan yang
dipersepsikan responden sedang komitmennya dalam mengimplementasikan CSR,
menyebabkan dukungan masyarakat dan pekerja pada keberlanjutan kegiatan perusahaan
berada pada skor 1,78 (cenderung
sedang). Perusahaan yang dipersepsikan responden
tinggi komitmennya dalam mengimplementasikan CSR, menyebabkan dukungan
masyarakat dan pekerja pada keberlanjutan kegiatan perusahaan berada pada
skor 2,24(sedang, menuju baik). Secara keseluruhan persepsi responden
tentang implementasi CSR pada dimensi lingkungan membawa implikasi pada keberlangsungan usaha
perusahaan pada derajat sedang (skor = 1,99).
Penerapan
CSR Pada Dimensi Ekonomi
Perusahaan yang dipersepsikan
responden rendah komitmennya dalam mengimplementasikan CSR, berakibat pada
rendahnya dukungan masyarakat dan pekerja (skor
= 1,00). Perusahaan yang dipersepsikan responden sedang komitmennya
dalam mengimplementasikan CSR, menyebabkan dukungan masyarakat dan pekerja pada
keberlanjutan kegiatan perusahaan berada pada skor 1,78 (cenderung sedang). Perusahaan yang
dipersepsikan responden tinggi komitmennya dalam mengimplementasikan CSR,
menyebabkan dukungan masyarakat dan pekerja pada keberlanjutan kegiatan
perusahaan berada pada skor 2,39(sedang,
menuju baik). Secara keseluruhan
persepsi responden tentang implementasi CSR pada dimensi lingkungan membawa implikasi pada keberlangsungan usaha
perusahaan pada derajat cenderung sedang+ (skor = 2,10).
Penerapan
CSR Pada Dimensi stakeholder
Perusahaan yang dipersepsikan
responden rendah komitmennya dalam mengimplementasikan CSR, menyebabkan
dukungan masyarakat dan pekerja pada kategori sedang, menuju baik (skor = 2,33). Perusahaan yang dipersepsikan responden
sedang komitmennya dalam mengimplementasikan CSR, menyebabkan dukungan
masyarakat dan pekerja pada keberlanjutan kegiatan perusahaan berada pada
skor 2,22 (sedang, menuju baik). Perusahaan
yang dipersepsikan responden tinggi komitmennya dalam mengimplementasikan CSR,
menyebabkan dukungan masyarakat dan pekerja pada keberlanjutan kegiatan
perusahaan berada pada skor 2,30(sedang,
menuju baik). Secara keseluruhan
persepsi responden tentang implementasi CSR pada dimensi lingkungan membawa implikasi pada keberlangsungan usaha
perusahaan pada derajat sedang++ (skor =
2,29).
Penerapan
CSR Pada Dimensi Kedermawanan
Perusahaan yang dipersepsikan
responden rendah komitmennya dalam mengimplementasikan CSR, berakibat pada
rendahnya dukungan masyarakat dan pekerja (skor
= 1,00). Perusahaan yang dipersepsikan responden sedang komitmennya
dalam mengimplementasikan CSR, menyebabkan dukungan masyarakat dan pekerja pada
keberlanjutan kegiatan perusahaan berada pada skor 1,78 (cenderung sedang). Perusahaan yang dipersepsikan
responden tinggi komitmennya dalam mengimplementasikan CSR, menyebabkan
dukungan masyarakat dan pekerja pada keberlanjutan kegiatan perusahaan berada
pada skor 2,40 (sedang, menuju baik). Secara keseluruhan persepsi responden
tentang implementasi CSR pada dimensi lingkungan membawa implikasi pada keberlangsungan usaha
perusahaan pada derajat sedang+ (skor =
2,10).
Berdasarkan hasil uji tests of between-subjects effects, diketahui
bahwa keberlanjutan kegiatan usaha perusahaan secara signifikan dapat dipengaruhi
oleh implementasi CSR. Secara terperinci, implementasi CSR pada dimensi
lingkungan berpengaruh terhadap keberlangsungan kegiatan usaha dengan koefisien
F = 26,459 (p = 0,00; a = 0,05; r2=0,424). Dengan
demikian kontribusi penerapan dimensi lingkungan bagi keberlangsungan kegiatan
usaha adalah sebesar 42,4%. Implementasi CSR pada dimensi sosial berpengaruh
terhadap keberlangsungan kegiatan usaha dengan koefisien F = 28,837 (p = 0,00; a = 0,05; r2=0,445). Dengan demikian kontribusi penerapan dimensi
lingkungan bagi keberlangsungan kegiatan usaha adalah sebesar 44,5%.
Implementasi CSR pada dimensi ekonomi berpengaruh terhadap keberlangsungan
kegiatan usaha dengan koefisien F = 49,933 (p = 0,00; a = 0,05; r2=0,581). Dengan
demikian kontribusi penerapan dimensi lingkungan bagi keberlangsungan kegiatan
usaha adalah sebesar 58,1%. Implementasi CSR pada dimensi kedermawanan
berpengaruh terhadap keberlangsungan kegiatan usaha dengan koefisien F = 49,933
(p = 0,00; a = 0,05; r2=0,581). Dengan demikian kontribusi
penerapan dimensi lingkungan bagi keberlangsungan kegiatan usaha adalah sebesar
58,1%. Sedangkan dimensi stakeholder tidak berpengaruh signifikan terhadap
keberlangsungan kegiatan usaha (F = 0,152; p = 0,86; a = 0,05).
Berdasarkan uji post hoc tests diketahui secara keseluruhan tinggi rendahnya
implementasi CSR dilihat dari semua dimensi membawa konsekuensi pada tinggi
rendahnya dukungan masyarakat dan pekerja terhadap keberlanjutan kegiatan
perusahaan. Ada perbedaan yang signifikan dukungan masyarakat dan pekerja
terhadap keberlangsungan kegiatan perusahaan dilihat dari tinggi rendahnya
implementasi CSR oleh perusahaan. Semakin baik persepsi responden tentang
implementasi CSR oleh perusahaan berimplikasi pada semakin kuatnya dukungan
masyarakat dan pekerja terhadap perusahaan.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Penelitian ini menemukan empat
dimensi CSR yang berpengaruh terhadap keberlangsungan kegiatan perusahaan.
Keberlangsungan kegiatan perusahaan akan terlihat dari dukungan masyarakat dan
para pekerja. Keempat dimensi CSR yang dimaksud adalah mencakup dimensi
lingkungan, dimensi sosial, dimensi ekonomi, dan dimensi kedermawanan.
Sedangkan dimensi stakeholder dalam
penelitian ini terbukti tidak berpengaruh terhadap keberlangsungan kegiatan perusahaan.
Perusahaan yang dipersepsikan
menjalankan kegiatan usaha dengan memperhatikan (a) terciptanya lingkungan yang tetap sehat
dan bersih, (b) adanya perlindungan terhadap kelestarian lingkungan, dan (c)
dijalankannya kegiatan bisnis yang ramah lingkungan terbukti akan membuat
masyarakat sekitar dan para pekerja untuk terus mendukung kegiatan perusahaan.
Perusahaan yang dipersepsikan
menjalankan kegiatan usaha dengan dilandasi untuk (a) terwujudnya masyarakat yang lebih baik,
(b) terintegrasinya kegiatan bisnis dengan berbagai persoalan sosial yang
berkembang di masyarakat, dan (c) adanya kesadaran penuh dari perusahaan
terhadap berbagai dampak yang ditimbulkan dari aktifitas mereka kepada warga
masyarakat terbukti membuat masyarakat sekitar dan para pekerja terus mendukung
kegiatan perusahaan.
Perusahaan yang dipersepsikan menjalankan kegiatan
usaha dengan dilandasi untuk (a) menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi masyarakat, (b) menyisihkan
sebagian keuntungan untuk mendukung kegiatan non bisnis, dan (c) mewujudkan prinsip
efisiensi ekonomi, menghindari penghambur-hamburan sumber daya ekonomi terbukti
mampu membuat masyarakat dan para pekerja terus mendukung kegiatan perusahaan.
Perusahaan yang dipersepsikan
menjalankan kegiatan usaha dengan dilandasi
oleh (a) nilai-nilai etik dan moral, (b) kepatuhan pada
hukum dan aturan yang berlaku di masyarakat, dan (c) semangat kedermawanan yang
dikembangkan perusahaan terbukti mampu membuat masyarakat sekitar dan para
pekerja terus mendukung kegiatan
perusahaan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesungguhan
perusahaan untuk menerapkan CSR akan memberikan dua keuntungan bagi perusahaan,
yaitu rendahnya gangguan dari masyarakat sehingga bisa mengurangi biaya sosial
(social cost),
tumbuhnya rasa memiliki dari warga masyarakat terhadap perusahaan (sense of belonging),
dan tersedianya sumber daya (para pekerja) yang commited.
Oleh karena itu, sudah saatnya bagi setiap perusahaan untuk tidak semata-mata
memposisikan CSR sebagai kegiatan yang semata-mata bersifat derma. CSR
sesungguhnya juga merupakan salah satu dari strategi bisnis yang dalam jangka
panjang akan membuat eksistensi perusahaan akan semakin berkembang dan kokoh di
tengah-tengah kehidupan masyarakat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini menghasilkan beberapa
kesimpulan: pertama,
ada empat dimensi CSR yang dipersepsikan masyarakat berpengaruh terhadap
keberlangsungan kegiatan perusahaan. Keempat dimensi CSR yang dimaksud meliputi
dimensi lingkungan, sosial, ekonomi, dan kedermawanan. Kedua,
tinggi rendahnya kesungguhan perusahaan dalam mengimplementasikan CSR terbukti
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya dukungan masyarakat dan pekerja terhadap
keberlangsungan kegiatan perusahaan. Ketiga,
dalam jangka panjang CSR sesungguhnya bisa dijadikan sebagai strategi bisnis
guna memperkuat eksistensi perusahaan di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Berdasarkan kesimpulan penelitian,
disarankan kepada para pemimpin perusahaan dan para pemegang saham untuk terus mendorong agar CSR benar-benar
diterapkan dengan sebaik-baiknya. CSR hendaknya tidak semata-mata dilihat
sebagai sebuah aksi sosial yang tidak ada kaitannya dengan motif perusahaan
untuk mengejar profit. CSR hendaknya diposisikan sebagai sebuah strategi bisnis
untuk memperkuat posisi perusahaan di masyarakat.
Daftar Pustaka
Andersen,
KI.2003. The Project. http:// www. aiesec.
dk/ projects/ rexpect/ Theproject. Htm # Definition (diakses 23 Mei 2003)
Bhattacharya,C.B.
dan Sen, S.2004. Doing Better at Doing Good: When, Why, and How Consumers
Respond to Corporate Social Initiatives. California Management Review. Vol.47 No1 pp.9-24
Bussiness
for Social Responsibility.2000. Introduction for Corporate Social
Responsibility.http://www.khbo.be/lodew/Cursussen/4eingenieurCL/The%20Global%20Business%20Responsibility%20Resource%20Center.doc
(diakses 23 Juni 2003).
Carrol
AB. 1999. Corporate Social Responsibility-Evolution of A Defitional Construction.
Business and Society. Vol. 38 No. 3. pp. 268-295
CSRwire.2003.
About CSRwire. http://www.csrwire.com/page.cgi/about.html.
(Diakses 23 Mei 2003)
Dahlsrud,
Alexander. 2008. How Corporate Social Responsibility is Defined: An Analysis of
37 Definition. Corporate Social Responsibility and Environmental
Management.
Vol. 15 pp.1-13.
Ethics
in Action Awards.2003. What is Corporate Social Responsibility? http://www.ethicsinaction.com/whatiscsr/qanda.html
(diakses 23 mei 2003)
Ethical
Performance.2003. Introduction: Defining Corporate Social Responsibility. http://www.ethicalperformance.com/bestpractice/archive/1001/introduction/html
(diakses 23 mei 2003)
Global
Corporate Social Responsibility Policies Project.2003. A Role for The
Governmenr - Issues at Hand, Kenan - Flagler Business School of
The University of North Carolina,
Chapel Hill. http :// www. csrpolicies.
org/ CSRRoleGov/ CSR_Issue/ csr_issue. html (diakses 20 Mei 2003)
Hopkins, M.1998. The
Planetary Bargain: Corporate Social Responsibility Comes of Age.London: Macmillan
Khoury,G;
Rostami, J.; Turnbull,JP.1999. Corporate Social Responsibility:
Turning Words Into Action. Ottawa: Conference Board of Canada
Lea,R.2002.
Corporate Social Responsibility. Institute
of Director
(IoD) member opinion survey. IoD London.
http :// www. epolitix.
com/ data/ companies/ images/ companies/ Institute-of-Directors/CSR_Report.pdf
(diakses 23 Juni 2003)
Marsden.2001.
The Role of Public Authorities in Corporate Social Responsibility. http://www.alter.be/socialresponsibility/people/marchri/en/displayPerson
(diakses 23 Juni 2003)
Pigott,
T. 2004. Tomorrow’s Consumer’. UNEP Industry and Environment. Vol.
24 No. 4 pp.25-28
Pivato, Sergio; Misani, Nicola; dan Tencati,
Antonio.2008. The Impact of Corporate Social Responsibility on Consumer Trust: The
Case of Organic Foods. Business Ethics: A European Review. Vol.17 No.1 pp. 3-12
Smith,N.C.2003.
Corporate Social Responsibility: Whether or How? California Management Review. Vol.45 No4 pp.52-76
Strategis.2003.
What is CSR? http:// strategies.
ic. gc. ca/ epic/ internet/ incsr- rse-nsf/ vwGeneratedInterE/ h_rsooo94e. html (diakses 23 April 2003)
World
BussinessCouncil for Sustainable Development.1999. Corporate Social
Responsibility:Meeting Changing Expectations. Geneva:
World Business Council for Suitanable Development
Tidak ada komentar:
Posting Komentar